Setiap instrumen investasi pasti ada pro dan kontranya, tidak terkecuali Peer to Peer (P2P) Lending. Salah satu P2P Lending yang banyak memiliki pemuja dan haters adalah Asetku. Pertanyaannya, apakah investasi Asetku menguntungkan? atau justru merugi karena banyak yang galbay (gagal bayar)? Berikut faktanya!
Dapatkan hadiah kupon pendanaan Rp600.000 gratis dari Asetku! Daftar dengan kode referral -> 9DEYI atau klik tombol daftar
Sekilas tentang Asetku
Asetku merupakan salah satu perusahaan P2P lending di Indonesia yang resmi terdaftar di OJK dan bergerak di sektor pinjaman konsumtif.
Asetku mempertemukan antara individu yang membutuhkan pinjaman (Borrowers) dengan pendana (Lenders) individu atau institusi di aplikasi Asetku yang bisa didownload di Google Play atau App Store.
Asetku berdiri sejak tahun 2017 dan dioperasikan oleh PT Pintar Inovasi Digital yang merupakan bagian dari Akulaku Group yang telah menghadirkan layanan keuangan digital di beberapa negara Asia seperti Filipina, Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Indonesia.
Di Indonesia, Akulaku punya 5 (lima) layanan yang sering digunakan oleh masyarakat. Pertama, layanan e-commerce Akulaku untuk belanja barang online.
Kedua, layanan pinjaman konsumtif lewat produk KTA Asetku dan Akucicil. Ketiga, layanan pendanaan atau investasi lewat P2P Lending Asetku. Keempat, layanan bank digital bunga tinggi lewat aplikasi Neobank. Serta yang terakhir, OneAset.
Berdasarkan informasi ‘orang dalam’ yang saya terima, hingga sekarang Asetku telah memiliki 2,6 juta pengguna terdaftar dengan 180 ribu pengguna aktif bulanan. Asetku menawarkan produk pendanaan konsumtif kepada para Lenders dengan tingkat bunga antara 15% – 23% per tahun.
Mayoritas Lenders di Asetku adalah golongan high net worth Individual alias horang kaya. Hal ini yang kemudian menyebabkan kuota pendanaan di Asetku cepat habis kendati kuota pendanaannya baru saja direset.
Screenshoot didapat dari grup telegram Asetku
Investasi Asetku untung atau rugi?
Secara keseluruhan, investasi di Asetku menguntungkan karena sejak berdiri sampai sekarang tidak ada satupun pendanaan Lenders di Asetku yang mengalami gagal bayar.
Tentunya, saya tidak percaya semua pinjaman yang disalurkan Asetku kepada Borrowers dibayar lunas semua 100%. Pasti ada beberapa atau banyak yang gagal bayar.
Wong institusi sekelas bank saja seperti BCA, BRI, Mandiri, dan BNI juga masih punya NPL (kredit macet) di angka 2-3 persenan. Masa’ Asetku yang notabenenya masih perusahaan Startup bisa tidak ada NPL sama sekali? Mustahil dong.
Sehingga kemungkinan yang paling masuk akal adalah NPL di Asetku tetap ada. Hanya saja, setiap kali ada pinjaman yang macet, Asetku akan melakukan beberapa langkah mitigasi risiko seperti restrukturisasi pinjaman, klaim ke pihak Asuransi, hingga tetap melakukan penagihan kepada Borrowers yang belum melunasi pembayaran.
Berikut video yang menjelaskan langkah mitigasi risiko yang dilakukan oleh Asetku sebelum dan setelah menyalurkan pinjaman (langsung ke menit 25):
Meskipun tidak disebutkan pada video di atas, satu langkah mitigasi risiko yang menurut saya juga dilakukan oleh Asetku adalah menggunakan dana provisi perusahaan untuk membayar pengembalian pinjaman dan bunga kepada Lenders Asetku atas setiap pinjaman gagal bayar yang terjadi.
Melalui beberapa langkah mitigasi risiko tersebut, pembaca harusnya tidak perlu heran dengan nilai TKB90 Asetku yang tetap di angka ‘100’ dari dulu sampai sekarang.
NB: saya tidak menyarankan pembaca berpatokan pada angka TKB90 saat memilih P2P Lending. Sebab nilai TKB90 tidak benar-benar menunjukkan kualitas kredit yang disalurkan oleh P2P Lending serta bisa juga dengan mudah dimanipulasi.
Dengan semua keunggulan di atas, apakah saat ini ada orang yang menganggap investasi Asetku merugikan? Pastinya ada.
Salah satu alasan yang dapat menjadikan investasi di Asetku merugikan adalah opportunity cost yang akan saya jelaskan di bagian berikut tentang risiko pendanaan di Asetku.
Risiko pendanaan di Asetku
Ada tiga risiko pendanaan di Asetku, yakni:
- Risiki likuiditas
- Opportunity cost
- Gagal bayar
Risiko likuiditas terjadi ketika Pendana tidak menerima pengembalian pokok dan bunga pinjaman secara tepat waktu. Sehingga dapat mengganggu cashflow dari Lenders tersebut.
Hingga sekarang, risiko likuiditas di Asetku tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ini karena sebagian besar Lenders Asetku selalu menerima pengembalian pinjaman dan imbal hasil secara tepat waktu.
Sementara untuk sebagian pendana yang lain, termasuk saya, pernah mengalami keterlambatan dana masuk di rekening. Namun, tidak sampai berhari-hari. Paling lambat 2-3 hari kerja setelah jatuh tempo. Ingat, hari kerja!
Jika sebelumnya kamu belum pernah mendanai di Asetku, patut diketahui bahwa normalnya dana pendanaan Lenders yang telah jatuh tempo di Asetku akan secara otomatis masuk di rekening H+1 setelah jatuh tempo. Jadi, kalau jatuh temponya hari minggu, maka masuknya hari senin.
Risiko kedua adalah opportunity cost. Risiko ini ada jika kita membandingkan antara return yang diberikan oleh Asetku dengan instrumen investasi lain. Kembali ke pertanyaan di bagian sebelumnya, apakah investasi Asetku bisa rugi? Tentu bisa, jika kita memasukkan faktor opportunity cost ke dalam pertimbangan.
Maksudnya seperti ini, anggap kamu punya uang Rp50 juta, lalu kamu harus menentukan antara dua pilihan, yaitu investasi di Asetku atau investasi di instrumen lain dengan imbal hasil 30% per tahun.
Seperti yang diketahui, bunga pendanaan yang ditawarkan Asetku saat ini berkisar antara 15% – 24% per tahun. Artinya, kalau kamu memilih investasi di Asetku alih-alih di instrumen investasi satunya lagi, maka kamu telah mengalami kerugian opportunity cost sebesar 6% per tahun.
Atau jika diterjemahkan ke dalam nominal, kerugiannya adalah sebesar Rp3.000.000 (6% x Rp30 juta). Dalam setiap keputusan yang kita buat pasti selalu ada yang namanya opportunity cost, tidak terkecuali dalam berinvestasi.
Belum lagi jika potensi imbal hasil investasi di Asetku dibandingkan dengan investasi di aset kripto yang bisa mencapai ribuan persen dalam hitungan hari saja. Pasti opportunity cost yang diderita sangat besar.
Tapi, sebaiknya, jangan bandingkan antara return investasi di Asetku dengan investasi mata uang kripto. Sebab dari jenis instrumennya saja sudah berbeda. Asetku masuk dalam kategori investasi dengan potensi pendapatan tetap dari pinjaman, sedangkan cryptocurrency masuk ke dalam kategori investasi dengan potensi pendapatan tidak tetap karena mengikuti harga pasar.
Lalu sebaiknya kita membandingkan Asetku dengan investasi di mana? Paling cocok dengan P2P Lending lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dari Asetku. Contohnya, Easycash (25% per tahun) atau Cashwagon (sekarang sudah tidak aktif lagi) yang dulu sempat menawarkan imbal hasil hingga 30% per tahun.
Risiko ketiga adalah gagal bayar. Risiko ini terjadi ketika Borrowers tidak bisa membayar sebagian atau bahkan seluruh nominal pinjaman yang kita berikan, termasuk bunga.
Berbeda dengan P2P Lending produktif dimana Lenders diberikan kebebasan untuk memilih Borrowers yang dapat menerima pendanaan mereka, di P2P Lending konsumtif Lenders tidak bisa memilih Borrowers sama sekali. Namun, dana yang ditempatkan Lenders bakal langsung disebarkan secara otomatis oleh sistem kepada para Borrowers yang ‘katanya’ memiliki skor kredit baik.
Asetku pun begitu. Sebagai Pendana di Asetku, kamu hanya bisa menempatkan dana untuk disalurkan kepada Borrowers yang dipilihkan secara otomatis oleh Asetku, bukan oleh kamu.
Untuk meminimalisir risiko kredit macet atau gagal bayar, Asetku memiliki beberapa langkah mitigasi risiko sebagaimana yang dijelaskan di bagian sebelumnya (cek video di atas).
Walau begitu, tetap saja langkah mitigasi risiko yang ditawarkan tersebut mustahil bisa sepenuhnya menghilangkan risiko gagal bayar Lenders di Asetku. Kalaupun Asetku bersedia menanggung setiap kasus kredit macet yang terjadi, pertanyaannya mau sampai kapan?
Pastinya strategi ‘bakar duit’ ala startup tersebut tidak sustainable dan suatu saat nanti cash yang ada bisa habis. Terlebih jika dipakai untuk menanggung banyak kasus galbay.
Maka itu, sebagai Pendana, entah di Asetku atau di P2P Lending lainnya, kita harus selalu menyadari bahwa ada risiko gagal bayar dari setiap aktivitas pendanaan yang kita lakukan. Dengan menyadari risiko tersebut, diharapkan kita semua bisa lebih berhati-hati lagi dalam menempatkan dana serta senantiasa melakukan diversifikasi untuk meminimalisir risiko.
Cara investasi Asetku
Cara pendanaan di Asetku sama untuk semua produk pendanaan yang tersedia. Berikut tutorialnya:
- Log in aplikasi Asetku (jika belum punya akun, silakan daftar di sini)
- Klik P2P Reguler
- Pilih produk pendanaan yang ingin didanai
- Klik Fund Now
- Masukkan nominal pendanaan, pilih metode pembayaran, centang kolom persetujuan, dan klik Confirm Your Funding
- Salin nomor virtual account yang ditampilkan, kemudian lakukan transfer sesuai nominal pendanaan
- Pendanaan di Asetku berhasil
Asetku tambah instrumen investasi, fakta atau mitos?
Belakangan ini di grup telegram Asetku beredar rumor bahwa Asetku sedang melakukan perubahan besar-besaran dan berencana untuk menawarkan instrumen investasi lain di app mereka, seperti reksadana dan saham.
Pertanyaannya, apakah kabar tersebut benar atau tidak?
Nah, berdasarkan info dari sumber terpercaya, saya bisa memastikan bahwa wacana tersebut benar adanya. Tetapi, bukanlah fakta karena memang belum terjadi.
Adapun informasi yang bisa saya berikan saat ini adalah Asetku sudah memiiki rencana ke sana, jadi tinggal pelaksanaannya saja. Apakah akan beneran kejadian atau tidak? Sebaiknya, kita tunggu.
Kalau jadi bagus, kalau tidak juga bukan masalah besar. Selama pendanaan kita di Asetku lancar-lancar saja dan masih bisa ditarik ke rekening bank, maka mengutip kata Steve Jobs: “Everything else is secondary”.
Kesimpulan
Investasi Asetku untung atau rugi tergantung dari persepsi masing-masing orang. Bagi saya, investasi di Asetku selama ini masih menguntungkan karena memiliki return tinggi serta belum pernah ada Lenders yang mengklaim mengalami gagal bayar.
Walau demikian, sebagaimana instrumen investasi yang lain, melakukan pendanaan di Asetku juga pasti ada risikonya. Mungkin belum sekarang terjadi, tapi suatu saat nanti. Sadari fakta ini sebelum mendanai di Asetku dan selalu utamakan diversifikasi!