Reksadana boleh saja menjadi sebuah produk investasi andalan masyarakat saat ini. Namun, itu bukan berarti reksadana akan selalu memberikan keuntungan bagi investor. Sama halnya dengan instrumen investasi lainnya, reksadana juga memiliki beberapa risiko kerugian yang perlu diwaspadai. Berikut ini 6 kerugian reksadana yang wajib kamu ketahui sebelum mulai berinvestasi.
Kerugian reksadana
1. Kehilangan kontrol
Satu hal yang tidak saya sukai dengan instrumen reksadana adalah hilangnya kontrol kita akan keputusan investasi yang dilakukan. Di reksadana kamu tidak memiliki kuasa untuk memilih dan memutuskan saham/obligasi/deposito mana yang akan dibeli. Semuanya tergantung pada keputusan dari manajer investasi yang sudah kamu pilih. Padahal seandainya keputusan mereka salah (portofolio yang dipilih mengalami kerugian), tetap kamu juga yang akan ikut menanggung risikonya. Kan kampret ya?
Tapi ya begitulah.
Sebagai investor reksadana, kamu memang hanya punya kewenangan untuk memilih manajer investasi mana yang kamu percayakan untuk mengelola dana kamu. Kalau kamu puas dengan kinerja mereka, kamu tinggal membeli lagi unit penyertaan kamu di manajer investasi tersebut. Sedangkan kalau tidak puas, kamu cukup menjual unit penyertaannya tadi dan beralih ke manajer investasi yang lain. Dengan demikian, hilangnya kontrol menjadi kerugian reksadana yang harus kamu tahu pertama kali sebelum mulai berinvestasi.
2. Berisiko
Setiap investasi pasti memiliki risiko kerugian. Begitu pula dengan reksadana. Entah itu reksadana pasar uang (money market fund), campuran (Balanced fund), pendapatan tetap (fixed income fund), maupun reksadana saham (equity fund), seluruhnya pasti memiliki risiko. Hanya saja tingkat risikonya berbeda antar masing-masing jenis instrumen reksadana. Jadi, hilangkanlah jauh-jauh pikiran bahwa berinvestasi di reksadana pasti akan selalu membuat kamu untung. Hmm, Nehi nehi
3. Dikenakan biaya
Bukan hanya buang air kecil di mall saja yang mengharuskan kamu untuk bayar, tetapi berinvestasi di reksadana juga demikian. Di reksadana kamu akan dikenakan sejumlah biaya ketika membeli unit penyertaan (subscription fee), menjual unit penyertaan (redemption fee), dan lain-lain. Info selengkapnya bisa kamu baca di artikel yang satu ini: 11 Biaya Reksadana yang Wajib Kamu Tahu Sebelum Berinvestasi
4. Memiliki return (imbal hasil) yang fluktuatif
Namanya usaha pasti kadang untung kadang juga rugi. Kadang memenuhi target kadang juga malah pencapaiannya jauh dari target. Begitu pun dengan berinvestasi di reksadana, adakalanya kamu untung, adakalanya juga tidak. Walau rata-rata reksadana bisa menghasilkan return atauimbal hasil sebesar 20% setiap tahunnya, namun hal tersebut tidak selamanya seperti itu.
Bisa jadi di tahun pertama kamu memperoleh imbal hasil 20% dari portofolio reksadana saham kamu, tapi di tahun kedua, ketiga, dan seterusnya, return yang kamu peroleh justru cenderung kurang dari 20% atau bahkan merugi. Semuanya tetap tergantung pada kondisi pasar tahun tersebut, kinerja dari Manajer Investasi (MI) yang kamu pilih, dan sejumlah faktor lainnya.
Artikel terkait:
- Apa itu Reksadana, Cara Kerja, dan Jenis-Jenisnya
- 7 Keuntungan reksadana bagi investor pemula
- Investasi P2P Lending di Ammana, Menguntungkan dan Bebas Riba
5. Likuiditas rendah
Kerugian reksadana berikutnya adalah terletak pada likuiditasnya yang tidak terlalu tinggi. Jika pada rekening tabungan kamu bisa menarik uangnya kapan saja dan akan langsung diperoleh saat itu juga, maka di reksadana tidak seperti itu. Selain pencairannya membutuhkan waktu kurang lebih 3 – 4 hari kerja sebelum bisa masuk ke rekening kamu, di reksadana juga ada kemungkinan pencairannya bakal terlambat atau bahkan tidak bisa dicairkan sama sekali dalam kurun waktu T+7 setelah perintah pencairan dana dilakukan.
Hal tersebut bisa jadi disebabkan oleh banyaknya jumlah saham tidak likuid (jarang diperdagangkan) yang dikoleksi oleh manajer investasi sehingga mengakibatkan mereka sulit untuk menjual saham tersebut, atau karena banyaknya jumlah investor yang menarik dana besar secara bersamaan sehingga akan membebani kondisi kas perusahaan bila tetap dilakukan pencairan.
6. Wanprestasi
Kerugian reksadana yang terakhir adalah wanprestasi atau default risk. Kondisi ini dapat menyebabkan harga reksadana turun secara drastis karena disebabkan oleh kegagalan pembayaran obligasi perusahaan yang menjadi tujuan dari investasi reksadana.
Karena ini berhubungan dengan surat hutang, maka otomatis jenis reksadana yang paling rentan mengalami risiko kerugian ini adalah jenis reksadana yang paling banyak berinvestasi pada instrumen obligasi, yaitu seperti reksadana pasar uang, pendapatan tetap, dan campuran.
Nah, demi meminimalisir risiko wanprestasi terjadi pada produk reksadana yang kamu beli, maka sangat disarankan kamu untuk hanya memilih produk reksadana dari perusahaan Manajer Investasi (MI) yang sudah terpercaya saja. Dan ini bisa diketahui lewat nilai total dana kelolaan atau AUM (Asset Under Management) dari perusahaan manajer investasi tersebut. Biasanya semakin besar nilainya semakin bagus, karena mencerminkan tingkat kepercayaan investor terhadap MI tersebut yang tinggi.
Untuk mengetahui daftar sejumlah manajer investasi yang memiliki dana kelolaan terbesar setiap tahunnya bisa kamu baca pada artikel yang satu ini: 5 Manajer Investasi Terbaik berdasarkan Total Dana Kelolaannya (AUM)
Perhatian: Besarnya nilai AUM dari suatu perusahaan Manajer Investasi tidak serta merta menandakan bahwa produk-produk reksadananya juga memiliki kinerja yang baik. Beberapa produk reksadana dari MI dengan dana kelolaan yang rendah terkadang justru mampu menorehkan kinerja yang lebih bagus daripada produk reksadana milik MI dengan dana kelolaan yang besar, dan begitu pula sebaliknya.
Maka dari itu, sebelum membeli reksadana, pastikan kamu tetap mengecek terlebih dahulu bagaimana trend kinerja reksadana tersebut dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, kemudian menganalisanya.
Jangan hanya karena itu merupakan produk dari MI tertentu, trus kamu langsung membelinya tanpa pikir panjang. Dalam persoalan asmara, kamu boleh saja menjalani cinta buta, tapi dalam investasi nggak boleh ada yang namanya buta-butaan. Lagian, daripada kamu investasi buta, mending duitnya kasih ke saya aja. Hitung-hitung buat nambah ongkos travelling ane tahun ini. hehe..
Featured image: Oregonbusinessreport